autis.info - Belum ada kesepakatan
mengenai penyebab utama autisme.
Para
ahli hanya meyakini disebabkan oleh multifaktor yang saling berkaitan satu sama
lain, seperti: faktor genetik, abnormalitas sistem pencernaan
(gastro-intestinal), polusi lingkungan, disfungsi imunologi, gangguan
metabolisme (inborn error), gangguan pada masa kehamilan/persalinan,
abnormalitas susunan syaraf pusat/struktur otak, dan abnormalitas biokimiawi.
Awalnya autisme diduga sebagai kegagalan orang tua dalam pengasuhan anak, yaitu
perilaku orang tua terutama ibu yang “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak
menjadi “dingin” pula. Faktor psikologis dianggap sebagai pencetus autisme yang
menyebabkan anak menolak dunia luar. Teori ini selanjutnya dikenal dengan teori
psikososial serta populer sekitar tahun 1950-1960.
Teori tersebut kemudian disusul dengan teori neurologis. Dari berbagai gangguan
perkembangan otak, mungkin gangguan autisme adalah yang paling menarik dan
misterius. Hal ini akibat kompleksitas berbagai sistem otak yang berinteraksi
dan rumit karena mengenai aspek sosial, kognitif dan linguistik sehingga sangat
erat dengan komunikasi dan humanitas.
Penelitian
dalam bidang neoroanatomi, neorofisiologi, neorokimiawi dan genetika pada
beberapa anak penyandang autisme menunjukkan adanya gangguan atau kelainan pada
perkembangan sel-sel otak selama dalam kandungan. Pada saat pembentukan sel-sel
tersebut terjadi gangguan oksigenasi, pendarahan, keracunan, infeksi TORCH yang
mengganggu kesempurnaan pembentukan sel otak di beberapa tempat.
Faktor lain yang juga diduga dan diyakini penyebab autisme adalah faktor
perinatal, yaitu: selama kehamilan, gangguan pembentukan sel otak oleh berbagai
faktor penyebab, serta berbagai faktor sesaat setelah kelahiran. Selain itu,
pengobatan pada ibu hamil juga dapat merupakan faktor resiko yang menyebabkan
autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan berhubungan dengan autisme
adalah pendarahan trisemester pertama dan gawat janin disertai aspirasi
mikonium saat mendekati kelahiran.
Kasus
autisme ditemukan pada masalah-masalah pranatal, seperti: premature,
postmature, pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, umur ibu lebih
dari 35 tahun, serta banyak dialami anak-anak dengan riwayat persalinan yang
tidak spontan serta “repiratory distress syndrome”.
Adanya gangguan struktur dan fungsi otak disebabkan oleh: (1)
herediter/genetik, dimana saudara dari para penyandang autisme mempunyai resiko
puluhan kali untuk dapat menyandang autisme dibandingkan dengan anak-anak lain
yang tidak mempunyai saudara yang menyandang autisme; (2) proses selama
kehamilan dan persalinan. Diduga infeksi virus pada awal kehamilan, komplikasi
kehamilan dan persalinan, dapat berkaitan dengan lahirnya anak autisme.
Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa autisme memang berkaitan dengan masalah
genetik, walaupun hingga kini belum ditemukan gen tertentu yang berhubungan
secara langsung menyebabkan autisme. Para ahli meyakini bahwa gen yang
mendasari autisme sangat kompleks dan mungkin terdiri atas kombinasi beberapa
gen. Teori yang meyakini faktor genetik memegang peran penting dalam terjadinya
autisme diungkapkan pada tahun 1977. Hubungan autisme dan masalah genetik ini
dibuktikan dengan kenyataan bahwa 2,5% hingga 3% autisme ditemukan pada saudara
dari pengidap autisme, yang berarti jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
populasi normal.
Faktor lain yang juga dituding adalah gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan
metabolisme yang mengganggu kerja otak seperti: kekurangan vitamin, mineral, enzim,
dsb.; alergi makanan; gangguan pencernaan; infeksi dinding usus oleh jamur,
virus, bakteri; keracunan logam berat; serta gangguan kekebalan tubuh juga
sering dikaitkan dengan munculnya autisme pada anak yang semula terlahir normal
tapi mulai menampakkan gejala autisme sekitar usia 2 tahun.
Selain merupakan gangguan perkembangan yang disebabkan oleh multifaktor,
autisme juga mempunyai gejala yang sangat beragam pada tiap individu.
Inkonsistensi gejala yang muncul pada seorang anak serta derajat gangguan yang
bervariasi antara anak yang satu dan yang lainnya memerlukan ketelitian,
pengetahuan dan pengalaman para profesional dalam mendiagnosis autisme.
Disamping itu, juga diperlukan diagnosis banding untuk membedakan autisme
dengan gangguan perkembangan yang lain seperti: schizofrenia pada anak,
retardasi mental, gangguan perkembangan berbahasa ekspresif ataupun reseptif,
sindrom asperger, gangguan pendengaran, dll.
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Kategori
diagnostik autisme terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan
kemajuan riset mengenai autisme. Diagnosis autisme dibuat jika ditemukan
sejumlah kriteria yang terdaftar didalam DSM-IV: