Epilepsi yang merupakan penyakit saraf kronik
kejang masih tetap merupakan problem medik dan sosial. Masalah medic yang
disebabkan oleh gangguan komunikasi neuron bisa berdampak pada gangguan fisik
dan mental dalam hal gangguan kognitif.
Dilain pihak obat-obat antiepilepsi
juga bisa berefek terhadap gangguan kognitif. Oleh sebab itu pertimbangan untuk
pemberian obat yang tepat adalah penting mengingat efek obat yang bertujuan
untuk menginhibisi bangkitan listrik tapi juga bisa berefek pada gangguan
memori.
Levetirasetam salah satu obat antiepilepsi mempunyai keistimewaan dalam
hal ikatan dengan protein SVA2 di presinaptik. Selain itu sampai sekarang ini
belum ditemukan efek gangguan kognitif dan dapat digunakan pada penderita
epilepsy yang mengidap penyakit termasuk ansietas dan depresi.
Epilepsi menurut JH Jackson (1951)
didefinisikan sebagai suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang
berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian
kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua
hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan gejala
klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak.
Epilepsi ditandai dengan cetusan neuron yang berlebihan dan dapat dideteksi
dari gejala klinis, rekaman elektroensefalografi (EEG), atau keduanya.
Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang
ditandai adanya bangkitan epileptik yang berulang (lebih dari satu episode). International
League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE)
pada tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak
yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan
epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi
sosial yang diakibatkannya.
Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu
riwayat bangkitan epilepstik sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik
didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien)
akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.
Terdapat beberapa elemen penting dari
definisi epilepsi yang baru
dirumuskan oleh ILAE dan IBE yaitu:
·
Riwayat sedikitnya satu bangkitan epileptik
sebelumnya
·
Perubahan di otak yang meningkatkan
kecenderungan terjadinya bangkitan selanjutnya
·
Berhubungan dengan gangguan pada faktor
neurobiologis, kognitif, psikologis, dan konsekuensi sosial yang ditimbulkan.
Ketiga elemen di atas harus diperhatikan
karena dalam mentatalaksana seorang penyandang epilepsi, tidak hanya faktor
bangkitan atau kejang yang perlu diperhatikan namun konsekuensi sosial yang
ditimbulkan juga harus diperhatikan seperti dikucilkan oleh masyarakat, stigma bahwa
penyakit epilepsi adalah penyakit menular, dan sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada
pemilihan obat antiepilepsi selain tipe kejang adalah faktor sosio-ekonomi
pasien karena pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang dan
diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk terjaminnya keberlangsungan
pengobatan.
Sumber Referensi:
Sudir Purba, Jan.
2008. Epilepsi:
Permasalahan di Reseptor atau Neurotransmitter. Dalam Medicinus
Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical Application (hlm.
99-100). Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember 2008
Octaviana, Fitri.
2008. Epilepsi. Dalam Medicinus Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical
Application (hlm. 121-124). Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember
2008
0 komentar:
Posting Komentar