Minggu, 25 Desember 2011

Epilepsi


Epilepsi yang merupakan penyakit saraf kronik kejang masih tetap merupakan problem medik dan sosial. Masalah medic yang disebabkan oleh gangguan komunikasi neuron bisa berdampak pada gangguan fisik dan mental dalam hal gangguan kognitif. 

Dilain pihak obat-obat antiepilepsi juga bisa berefek terhadap gangguan kognitif. Oleh sebab itu pertimbangan untuk pemberian obat yang tepat adalah penting mengingat efek obat yang bertujuan untuk menginhibisi bangkitan listrik tapi juga bisa berefek pada gangguan memori. 

Levetirasetam salah satu obat antiepilepsi mempunyai keistimewaan dalam hal ikatan dengan protein SVA2 di presinaptik. Selain itu sampai sekarang ini belum ditemukan efek gangguan kognitif dan dapat digunakan pada penderita epilepsy yang mengidap penyakit termasuk ansietas dan depresi. 

Epilepsi menurut JH Jackson (1951) didefinisikan sebagai suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang berlebihan dan tidak beraturan. Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian kecil otak (serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua hemisfer otak (serangan umum). Epilepsi merupakan gejala klinis yang kompleks yang disebabkan berbagai proses patologis di otak. Epilepsi ditandai dengan cetusan neuron yang berlebihan dan dapat dideteksi dari gejala klinis, rekaman elektroensefalografi (EEG), atau keduanya.

Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik yang berulang (lebih dari satu episode). International League Against Epilepsy (ILAE) dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.

Definisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epilepstik sebelumnya. Sedangkan bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.

Terdapat beberapa elemen penting dari definisi epilepsi yang baru
dirumuskan oleh ILAE dan IBE yaitu:
·         Riwayat sedikitnya satu bangkitan epileptik sebelumnya
·         Perubahan di otak yang meningkatkan kecenderungan terjadinya bangkitan selanjutnya
·         Berhubungan dengan gangguan pada faktor neurobiologis, kognitif, psikologis, dan konsekuensi sosial yang ditimbulkan.

Ketiga elemen di atas harus diperhatikan karena dalam mentatalaksana seorang penyandang epilepsi, tidak hanya faktor bangkitan atau kejang yang perlu diperhatikan namun konsekuensi sosial yang ditimbulkan juga harus diperhatikan seperti dikucilkan oleh masyarakat, stigma bahwa penyakit epilepsi adalah penyakit menular, dan sebagainya.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemilihan obat antiepilepsi selain tipe kejang adalah faktor sosio-ekonomi pasien karena pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang dan diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk terjaminnya keberlangsungan pengobatan.


Sumber Referensi:
Sudir Purba, Jan. 2008. Epilepsi: Permasalahan di Reseptor atau Neurotransmitter. Dalam Medicinus Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical Application (hlm. 99-100). Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember 2008

Octaviana, Fitri. 2008. Epilepsi. Dalam Medicinus Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical Application (hlm. 121-124). Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember 2008


0 komentar:

Posting Komentar