Warna kulit normal ditentukan oleh jumlah dan sebaran melanin yang
dihasilkan oleh melanosom pada melanosit, yang secara genetik jumlahnya telah
tertentu. Warna kulit juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit, vaskularisasi
kulit, kemampuan refleksi permukaan kulit serta kemampuan absorbsi epidermis
dan dermis, selain itu juga ada beberapa pigmen lain seperti karoten (kuning),
oksihemoglobin (merah), hemoglobin (biru) dan melanin (coklat) yang
mempengaruhi warna kulit.
Melanin terbentuk melalui rangkaian oksidasi dari asam amino tirosin
dengan melibatkan enzim tirosinase. Tirosinase mengubah tirosin menjadi DOPA,
kemudian dopa kuinon. Dopa kuinon diubah menjadi dopakrom melalui auto oksidasi
sehingga menjadi dihidroksi indole (DHI) atau dihidroksi indole carboxy acid (DHICA) untuk membentuk eumelanin
(pigmen berwarna coklat).
Dengan adanya sistein atau glutation, dopakuinon diubah menjadi
sisteinil dopa, reaksi ini membentuk feomelanin (pigmen berwarna kuning). Selain hal tersebut warna kulit seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Dari
dalam tubuh misalnya faktor genetik dan hormonal, faktor dari dalam tubuh yang sangat
berpengaruh adalah ras atau genetik, pengaruh tersebut terjadi bukan karena
jumlah sel melanosit yang berbeda, melainkan bergantung pada jumlah dan bentuk
melanosom. Sedangkan luar tubuh misalnya sinar matahari, makanan ataupun obat.
Perpaduan faktor ini akan menghasilkan warna kulit tertentu.
Pajanan sinar matahari dapat menyebabkan kulit berwarna lebih
gelap karena sinar matahari mengandung ultra violet (UV), di antara ultra
violet tersebut ultra violet B (UVB) merupakan sinar yang paling poten
menyebabkan kerusakan jaringan kulit baik akut ataupun kronis. Salah satu
reaksi akut akibat UV-B menyebabkan terjadinya inflamasi akut dan pigmentasi
lambat pada kulit manusia.
Kulit sendiri mempunyai perangkat untuk melindungi jaringan yang
ada dibawahnya diantaranya yaitu melanin. Melanin yang memayungi inti sel
berfungsi sebagai pelindung dengan menyerap sinar UV. DNA sebagai kromofer
seluler utama, di samping trytophan dan tyrosinase, akan mudah rusak karena ultra violet–B, dengan adanya kerusakan tersebut,
DNA akan memberikan signal pada melanosit untuk meningkatkan sintesisnya.
Selain melanin, stratum korneum yang tebal juga akan menyerap
sinar UV, hal ini terbukti dengan menurunnya produksi sitokin oleh keratinosit,
disamping itu asam urokanat diduga juga
mempunyai peranan pelindung terhadap paparan UV.
Paparan UV secara langsung akan menghasilkan radikal bebas
dan meningkatkan regulasi mRNA tirosin yang
merupakan enzim dalam biosintesis melanin, hal
ini akan menyebabkan terjadinya abnormal pigmentasi seperti
melasma, frekles dan lentigo senilis.
Untuk
mengurangi efek-efek buruk karena paparan
sinar ultra violet tersebut diperlukan pelindung
surya atau tabir surya, yang dapat mengurangi atau mencegah efek-efek yang merugikan karena paparan UV.
Sumber referensi:
Betty
Ekawati Suryaningsih Irianto.
2008. Teh
Hijau sebagai Antihiperpigmentasi karena Paparan Ultra Violet. Dalam Medicinus Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical
Application (hlm. 125-126). Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember
2008
0 komentar:
Posting Komentar