Senin, 26 Desember 2011

Sinar Ultra-Violet (UV) dan Pengaruhnya Terhadap Hiperpigmentasi Kulit

Warna kulit normal ditentukan oleh jumlah dan sebaran melanin yang dihasilkan oleh melanosom pada melanosit, yang secara genetik jumlahnya telah tertentu. Warna kulit juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit, vaskularisasi kulit, kemampuan refleksi permukaan kulit serta kemampuan absorbsi epidermis dan dermis, selain itu juga ada beberapa pigmen lain seperti karoten (kuning), oksihemoglobin (merah), hemoglobin (biru) dan melanin (coklat) yang mempengaruhi warna kulit.

Melanin terbentuk melalui rangkaian oksidasi dari asam amino tirosin dengan melibatkan enzim tirosinase. Tirosinase mengubah tirosin menjadi DOPA, kemudian dopa kuinon. Dopa kuinon diubah menjadi dopakrom melalui auto oksidasi sehingga menjadi dihidroksi indole (DHI) atau dihidroksi indole carboxy acid (DHICA) untuk membentuk eumelanin (pigmen berwarna coklat).

Dengan adanya sistein atau glutation, dopakuinon diubah menjadi sisteinil dopa, reaksi ini membentuk feomelanin (pigmen berwarna kuning).  Selain hal tersebut warna kulit seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Dari dalam tubuh misalnya faktor genetik dan hormonal, faktor dari dalam tubuh yang sangat berpengaruh adalah ras atau genetik, pengaruh tersebut terjadi bukan karena jumlah sel melanosit yang berbeda, melainkan bergantung pada jumlah dan bentuk melanosom. Sedangkan luar tubuh misalnya sinar matahari, makanan ataupun obat. Perpaduan faktor ini akan menghasilkan warna kulit tertentu.

Pajanan sinar matahari dapat menyebabkan kulit berwarna lebih gelap karena sinar matahari mengandung ultra violet (UV), di antara ultra violet tersebut ultra violet B (UVB) merupakan sinar yang paling poten menyebabkan kerusakan jaringan kulit baik akut ataupun kronis. Salah satu reaksi akut akibat UV-B menyebabkan terjadinya inflamasi akut dan pigmentasi lambat pada kulit manusia.

Kulit sendiri mempunyai perangkat untuk melindungi jaringan yang ada dibawahnya diantaranya yaitu melanin. Melanin yang memayungi inti sel berfungsi sebagai pelindung dengan menyerap sinar UV. DNA sebagai kromofer seluler utama, di samping trytophan dan tyrosinase, akan mudah rusak karena ultra violet–B, dengan adanya kerusakan tersebut, DNA akan memberikan signal pada melanosit untuk meningkatkan sintesisnya.

Selain melanin, stratum korneum yang tebal juga akan menyerap sinar UV, hal ini terbukti dengan menurunnya produksi sitokin oleh keratinosit, disamping itu asam urokanat diduga juga mempunyai peranan pelindung terhadap paparan UV.

Paparan UV secara langsung akan menghasilkan radikal bebas dan meningkatkan regulasi mRNA tirosin yang merupakan enzim dalam biosintesis melanin, hal ini akan menyebabkan terjadinya abnormal pigmentasi seperti melasma, frekles dan lentigo senilis.

Untuk mengurangi efek-efek buruk karena paparan sinar ultra violet tersebut diperlukan pelindung surya atau tabir surya, yang dapat mengurangi atau mencegah efek-efek yang merugikan karena paparan UV.


Sumber referensi:

Betty Ekawati Suryaningsih Irianto. 2008. Teh Hijau sebagai Antihiperpigmentasi karena Paparan Ultra Violet. Dalam Medicinus Scientific Journal Of Pharmaceutical Development And Medical Application (hlm. 125-126). Vol. 21, No.4, Edisi November - Desember 2008



0 komentar:

Posting Komentar