Senin, 26 Desember 2011

Penyebab Autisme


autis.info - Belum ada kesepakatan mengenai penyebab utama autisme.

Para ahli hanya meyakini disebabkan oleh multifaktor yang saling berkaitan satu sama lain, seperti: faktor genetik, abnormalitas sistem pencernaan (gastro-intestinal), polusi lingkungan, disfungsi imunologi, gangguan metabolisme (inborn error), gangguan pada masa kehamilan/persalinan, abnormalitas susunan syaraf pusat/struktur otak, dan abnormalitas biokimiawi.

Awalnya autisme diduga sebagai kegagalan orang tua dalam pengasuhan anak, yaitu perilaku orang tua terutama ibu yang “dingin” dalam mengasuh anak sehingga anak menjadi “dingin” pula. Faktor psikologis dianggap sebagai pencetus autisme yang menyebabkan anak menolak dunia luar. Teori ini selanjutnya dikenal dengan teori psikososial serta populer sekitar tahun 1950-1960.

Teori tersebut kemudian disusul dengan teori neurologis. Dari berbagai gangguan perkembangan otak, mungkin gangguan autisme adalah yang paling menarik dan misterius. Hal ini akibat kompleksitas berbagai sistem otak yang berinteraksi dan rumit karena mengenai aspek sosial, kognitif dan linguistik sehingga sangat erat dengan komunikasi dan humanitas. 

Penelitian dalam bidang neoroanatomi, neorofisiologi, neorokimiawi dan genetika pada beberapa anak penyandang autisme menunjukkan adanya gangguan atau kelainan pada perkembangan sel-sel otak selama dalam kandungan. Pada saat pembentukan sel-sel tersebut terjadi gangguan oksigenasi, pendarahan, keracunan, infeksi TORCH yang mengganggu kesempurnaan pembentukan sel otak di beberapa tempat.

Faktor lain yang juga diduga dan diyakini penyebab autisme adalah faktor perinatal, yaitu: selama kehamilan, gangguan pembentukan sel otak oleh berbagai faktor penyebab, serta berbagai faktor sesaat setelah kelahiran. Selain itu, pengobatan pada ibu hamil juga dapat merupakan faktor resiko yang menyebabkan autisme. Komplikasi yang paling sering dilaporkan berhubungan dengan autisme adalah pendarahan trisemester pertama dan gawat janin disertai aspirasi mikonium saat mendekati kelahiran.

Kasus autisme ditemukan pada masalah-masalah pranatal, seperti: premature, postmature, pendarahan antenatal pada trisemester pertama-kedua, umur ibu lebih dari 35 tahun, serta banyak dialami anak-anak dengan riwayat persalinan yang tidak spontan serta “repiratory distress syndrome”.

Adanya gangguan struktur dan fungsi otak disebabkan oleh: (1) herediter/genetik, dimana saudara dari para penyandang autisme mempunyai resiko puluhan kali untuk dapat menyandang autisme dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mempunyai saudara yang menyandang autisme; (2) proses selama kehamilan dan persalinan. Diduga infeksi virus pada awal kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan, dapat berkaitan dengan lahirnya anak autisme.

Pada beberapa kasus, ditemukan bahwa autisme memang berkaitan dengan masalah genetik, walaupun hingga kini belum ditemukan gen tertentu yang berhubungan secara langsung menyebabkan autisme. Para ahli meyakini bahwa gen yang mendasari autisme sangat kompleks dan mungkin terdiri atas kombinasi beberapa gen. Teori yang meyakini faktor genetik memegang peran penting dalam terjadinya autisme diungkapkan pada tahun 1977. Hubungan autisme dan masalah genetik ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa 2,5% hingga 3% autisme ditemukan pada saudara dari pengidap autisme, yang berarti jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi normal.

Faktor lain yang juga dituding adalah gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan metabolisme yang mengganggu kerja otak seperti: kekurangan vitamin, mineral, enzim, dsb.; alergi makanan; gangguan pencernaan; infeksi dinding usus oleh jamur, virus, bakteri; keracunan logam berat; serta gangguan kekebalan tubuh juga sering dikaitkan dengan munculnya autisme pada anak yang semula terlahir normal tapi mulai menampakkan gejala autisme sekitar usia 2 tahun.

Selain merupakan gangguan perkembangan yang disebabkan oleh multifaktor, autisme juga mempunyai gejala yang sangat beragam pada tiap individu. Inkonsistensi gejala yang muncul pada seorang anak serta derajat gangguan yang bervariasi antara anak yang satu dan yang lainnya memerlukan ketelitian, pengetahuan dan pengalaman para profesional dalam mendiagnosis autisme. Disamping itu, juga diperlukan diagnosis banding untuk membedakan autisme dengan gangguan perkembangan yang lain seperti: schizofrenia pada anak, retardasi mental, gangguan perkembangan berbahasa ekspresif ataupun reseptif, sindrom asperger, gangguan pendengaran, dll.


Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Kategori diagnostik autisme terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun seiring dengan kemajuan riset mengenai autisme. Diagnosis autisme dibuat jika ditemukan sejumlah kriteria yang terdaftar didalam DSM-IV:

0 komentar:

Posting Komentar